Memilih Travel mates Supaya Liburanmu Tetap Menyenangkan
Travel mates merupakan salah satu kunci yang menentukan perjalan kita bakal menyenangkan atau nggak. Biasanya sifat asli seseorang itu baru kelihatan begitu kita melakukan perjalanan sama dia. Itu sebabnya susah-susah gampang cari teman seperjalanan yang cocok.
Berdasarkan pengalaman, teman seperjalanan yang pas itu adalah
1. Yang punya satu visi
Berdasarkan pengalaman, teman seperjalanan yang pas itu adalah
1. Yang punya satu visi
Ini yang paling penting. Samakan dulu tujuan jalan-jalan kalian. Mau belanja-belanja, lihat-lihat museum, ke situs sejarah, kulineran atau sekedar duduk cantik di tepi pantai? Kalau sudah ditentukan, jadi lebih mudah buat menyusun itinerary liburan kalian.
2. Yang fleksibel
Kalau lagi traveling keadaannya nggak selalu ideal. Kadang banyak hal yang meleset dari itinerary kita. Seperti waktu yang nggak cukup, museum yang ingin kita datangin ternyata lagi tutup karena renovasi, salah naik bus jadi nyasar jauh ke mana-mana. Di sini kita perlu bersikap fleksibel, jangan kebawa sebel. Begitu pula teman seperjalanan kita. Jangan sampai karena nggak jadi ke satu tempat jadi rusak mood keseluruhan. Kalau memang nggak semua tempat bisa dikunjungi, pilih saja yang paling kita prioritaskan.
3. Yang nggak manja
“Kok hotelnya nggak ada air panasnya sih?”
“Emang kalau mau ikut tour harus bangun sepagi itu ya?”
“Belanjaan gue nggak bisa masuk koper, gimana dong?”
Capek ya kalau teman seperjalanan kita ngeluh terus. Apalagi kalau yang dikeluhkan masalah yang dia buat sendiri, seperti belanja melebihi kapasitas koper.
Traveling itu membuat kita keluar dari comfort zone. Jangan menuntut keadaan serba ideal seperti yang biasa kita rasakan sehari-hari. Pastikan teman seperjalanan kita mengerti itu biar kita nggak jadi baby sitternya selama traveling.
4. Yang punya toleransi tinggi
Traveling bareng itu mengungkap kebiasaan-kebiasaan yang kita nggak pernah tahu sebelumnya. Baru tahu kalau sahabat baik kita ternyata tidurnya ngorok. Baru tahu kalau teman kita yang tomboi itu ternyata punya banyak ritual sebelum mandi. Baru tahu kalau teman kita yang sehari-hari terlihat stylish itu ternyata suka buang angin saat bangun tidur. Mau nggak mau kita harus punya toleransi tinggi menghadapinya. Teman kita pun harusnya demikian. Ada baiknya sih sebelum berangkat sama-sama bikin “pengakuan” kebiasaan atau ritual masing-masing.
5. Yang suka/jago motret
Ini sih nggak wajib tetapi kalau punya teman yang kayak gini jadi bonus tersendiri. Foto liburan kita jadi nggak standard ala turis-turis. Kalau kita yang jago motret? Ya bagi-bagi ilmu lah sama teman supaya bisa cari angle yang bagus saat lagi motret kita.
Walau teman kamu sudah memenuhi semua kriteria, konflik bisa saja terjadi. Namanya juga lagi di luar comfort zone, pasti banyak kejutan yang bakal kita temui termasuk karakter atau sifat ganjil teman yang sebelumnya belum pernah kita lihat. Kalau sampai terjadi demikian, saya lebih memilih pisah dulu beberapa saat. Ambil satu hari untuk jalan sendiri-sendiri dulu, senangkan hati masing-masing dulu biar bisa saling “merindukan” lagi. Nggak mau dong selesai jalan-jalan bareng, hubungan pertemanan selesai juga.
2. Yang fleksibel
Kalau lagi traveling keadaannya nggak selalu ideal. Kadang banyak hal yang meleset dari itinerary kita. Seperti waktu yang nggak cukup, museum yang ingin kita datangin ternyata lagi tutup karena renovasi, salah naik bus jadi nyasar jauh ke mana-mana. Di sini kita perlu bersikap fleksibel, jangan kebawa sebel. Begitu pula teman seperjalanan kita. Jangan sampai karena nggak jadi ke satu tempat jadi rusak mood keseluruhan. Kalau memang nggak semua tempat bisa dikunjungi, pilih saja yang paling kita prioritaskan.
3. Yang nggak manja
“Kok hotelnya nggak ada air panasnya sih?”
“Emang kalau mau ikut tour harus bangun sepagi itu ya?”
“Belanjaan gue nggak bisa masuk koper, gimana dong?”
Capek ya kalau teman seperjalanan kita ngeluh terus. Apalagi kalau yang dikeluhkan masalah yang dia buat sendiri, seperti belanja melebihi kapasitas koper.
Traveling itu membuat kita keluar dari comfort zone. Jangan menuntut keadaan serba ideal seperti yang biasa kita rasakan sehari-hari. Pastikan teman seperjalanan kita mengerti itu biar kita nggak jadi baby sitternya selama traveling.
4. Yang punya toleransi tinggi
Traveling bareng itu mengungkap kebiasaan-kebiasaan yang kita nggak pernah tahu sebelumnya. Baru tahu kalau sahabat baik kita ternyata tidurnya ngorok. Baru tahu kalau teman kita yang tomboi itu ternyata punya banyak ritual sebelum mandi. Baru tahu kalau teman kita yang sehari-hari terlihat stylish itu ternyata suka buang angin saat bangun tidur. Mau nggak mau kita harus punya toleransi tinggi menghadapinya. Teman kita pun harusnya demikian. Ada baiknya sih sebelum berangkat sama-sama bikin “pengakuan” kebiasaan atau ritual masing-masing.
5. Yang suka/jago motret
Ini sih nggak wajib tetapi kalau punya teman yang kayak gini jadi bonus tersendiri. Foto liburan kita jadi nggak standard ala turis-turis. Kalau kita yang jago motret? Ya bagi-bagi ilmu lah sama teman supaya bisa cari angle yang bagus saat lagi motret kita.
Walau teman kamu sudah memenuhi semua kriteria, konflik bisa saja terjadi. Namanya juga lagi di luar comfort zone, pasti banyak kejutan yang bakal kita temui termasuk karakter atau sifat ganjil teman yang sebelumnya belum pernah kita lihat. Kalau sampai terjadi demikian, saya lebih memilih pisah dulu beberapa saat. Ambil satu hari untuk jalan sendiri-sendiri dulu, senangkan hati masing-masing dulu biar bisa saling “merindukan” lagi. Nggak mau dong selesai jalan-jalan bareng, hubungan pertemanan selesai juga.